Sabtu, 16 November 2013

BP ku BP mu



Model Belajar di Kelas


                Sebenarnya, kompetisi bukanlah satu-satunya model pembelajaran yang bias dan harus dipakai. Ada empat pilihan model, yaitu accelerated learning model, competition model, individual model,  dan  cooperative learning model.


1. Acclerated Learning Model



            Dalam program acclereted learning yang paling berhasil dijalankan, mengindahkan secara seksama prinsip-prinsip dasar, berikut :

a. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh
b. Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi
c. Kerja sama membantu proses belajar
d. Pembelajaran bnerlangsung pada banyak tingkatan secara simultan
e. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik)
f. Emosi positif sangat membantu pembelajaran
g. Otak citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis


2. Competition Model



            Dalam model pembelajaran ini, siswa belajar dalam suasana persaingan. Seringkali guru bahkan memakai imbalan (reward) sebagai sarana untuk memotivasi siswa dalam memenangkan kompetisi dengan sesame siswa. Teknik imbalan yang didasari oleh teori behaviourisme atau stimulus-respon ini banyak mewarnai system penilaian hasil belajar. Tujuan utama evaluasi dalam model pembelajaran ini adalah menempatkan  anak didik dalam urutan mulai dari yang paling baik sampai dengan yang paling jelek. Pola penilaian biasanya menmpatkan sebagian besar anak dalam kategori rata-rata, beberapan anak dalam kategori  berprestasi, dan beberapa anak lagi sebagian calon tidak lulus. Akibat langsung dari model ini adalah sebagian besar anak harus melewati sedikitnya 12 tahun dalam masa hidup mereka sebagai anak yang rata-rata atau biasa-biasa saja. Mereka tidak pernah merasakan kebanggaan  sebagai anak berprestasi.


3. Individual Model



            Dalam system ini siswa belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Asumsinya adalah setiap siswa bias belajar sendiri tanpa atau dengan sedikit bantuan dari pengajar. Maka dari itu, setiap siswa diberi paket-paket pelajaran yang sudah terprogram untuk kebutuhan individu mereka. Dengan demikian, diharapkan system ini bias mengurangi beban pengajar. Tetapi dalam prakteknya, siswa masih membutuhkan bantuan pengajar dan interaksi dengan sesama siswa.

4. Cooperative Learning Model



            Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsure model pembelajaran kelompok harus di terapkan, yaitu :

a. Saling Ketergantungan Positif
            Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Guna menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bias mencapai tujuan mereka.

b. Tanggung Jawab Perseorangan
            Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur di atas. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam menyusun tugasnya.

c. Tatap Muka
            Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan parta siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Karena hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih baik daripada hasil pemikiran satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai oerbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

d. Komunikasi Antaranggota
            Unsur ini juga mengkehendaki agar para pembelajaran dibekali dengan berbagai keterampiulan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.  Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung kepada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Ada kalanya siswa perlu diberitahu secara eksplitis mengenai  cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut.

e. Evaluasi Proses Kelompok
            Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bias bekerja sama dengan lebih efektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar