KERAJAAN SAMUDRA PASAI
Sejarah kerajaan Samudra Pasai, tidak
terlepas dari Islamisasi Nusantara, khususnya di Sumatra. Karakteristik agama
Islam yang fleksibel dan dapat merakyat dikalangan masyarakat Indonesia menjadi
salah satu faktor pendukung masuknya Islam di Nusantara. Bahkan sampai sekarang
Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam,
Islamisasi itu sendiri berawal kira-kira
dari abad ke-7 sampai sekarang. Berita awal abad ke-16 M dari Tome pires dalam suma oriental (1512-1515) mengatakan
bahwa di Sumatra, telah banyak kerajaan islam baik yang besar maupun yang
kecil. (Soejono,R.P&Leirissa,R.Z,2008:21). Tetapi munculnya kerajaan
Samudra Pasai itu sendiri pada abad ke-13, antara tahun 1270-1275.
Samudra pasai sendiri didirikan oleh Sultan
Malik as-Saleh. Sulatan Malik as-Saleh sendiri mendirikan kerajaan Samudra
Pasai pada abad ke-13, dan menjadi raja pertama kerajaan Samudra Pasai, dan
wafat pada tahun 696 H atau 1297 M, pada pemerintahannya masih belum terlihat
tanda-tanda kejayaan yang signifikan, namun pada pemerintahannya setidaknya
kerajaan Samudra pasai merupakan kerajaan yang besar dari wilayah Aceh
sendiri. letak kerajaan Samudra Pasai
kurang lebih 15 Km disebelah timur Lhoukseumawe, Nangroe Aceh. Diapit oleh
sungai besar yaitu sungai Peusungan dan sungai Jambo Aye, jelasnya Kerajaan Samudra Pasai adalah daerah aliran
sungai yang hulunya berasal jauh ke pedalaman daratan tinggi Gayo Kab. Aceh
Tengah. Letaknya yang sangat strategis membuat Samudra pasai
menjadi kerajaan yang besar dan berkembang pesat pada zaman itu.
Kerajaan ini
terbentuk dari kerajaan Samudra dan Pasai, samudra sebagai salah satu kerajaan
yang dipimpin oleh sultan Malik as-Saleh, dan kerajaan Pasai adalah sebuah
kerajaan baru setelah Samudra yang dibuka oleh Malik as-Saleh untuk putranya
yang bernama Malik az-Zahir.1(Gade I,M.1997:3)
Tumbuhnya
kerajaan Islam Samudra Pasai sendiri tidak dapat dipisahkan dari letak
geografisnya yang menjadi jalur pelayaran perdagangan internasional, yang
membuatnya menjadi lalu lalang pra pedagang asing. Juga menjadi tempat
transmigrasi oleh para pedagang asing, seperti Cina, Arab, India dan lain lain.
Sebagai tempat jalur perdagangan Samudra Pasai juga menjadi persinggahan budaya
dan agama. Namun tidak pula terlepas dari akulturasi budaya yang dihasilkan
dari percampuran dua budaya.
Sejak abad ke-9
sampai ke-11 M berita-berita pelayaran dan geografi Arab juga telah menambah
sumber-sumber sejarah. Berita-berita itu, antara lain dari Ibn Khurdazbih
(850),Ya’qubi (875-880), Ibnu Faqih (902), Ibnu Rusteh (903), Ishaq Ibn Iman
(lk.907), Muhammad Ibnu Zakariyya al-Razi, Abu Zaid dari sirat (lk. 916), Abu
Dulaf (lk.940), Mas’udi (943), dan Buzurg Ibn Syahriyar (awal abad ke-10). (Soejono,R.P&Leirissa,R.Z,2008:22).
Hal ini membuktikan bahwa islamisasi telah ada sebelum kerajaan Samudra Pasai
didirikan. Oleh karena itu, sejak abad ke-7 dan ke-8 sampai abad ke-11 M di
daerah pesisir selat Malaka dan juga di Cina Selatan tumbuh komunitas-komunitas
muslim akibat islamisasi.
Telah diketahui bahwa masa awal
kerajaan Samudra Pasai ditandai dengan kepemimpinan sultan Malik as-Saleh yang
merupakan raja pertama kerajaan Samudra Pasai. Pasai sendiri merupakan kerajaan
yang besar pada saat itu, terbukti dengan reruntuhan-reruntuhan kerajaan Pasai
yang diperkirakan merupakan kerajaan yang besar pada masa itu.
Selain itu Pasai juga merupakan
kerajaan Islam pertama di Nusantara, bahkan pertama di Asia Tenggara, yang
merupakan pusat penyebaran pertama kali di Indonesia dan Asia Tenggara. Selain
sebagai kerajaan muslim yang pertama Pasai juga merupakan kerajaan yang menjadi
jalur perdagangan dan mempunyai Bandar-bandar perdagangan yang mampu menyokong
ekonomi ;pemerintahan.
Sebagai suatu kerajaan pastilah pasai
mempunyai pemimpin pemerintahannya, antara lain adalah:
1.
Sultan Malik as-Saleh atau Meurah Silu (1270-1297 M)
2.
Sultan Muhammad Malik az-Zahir (1297-1326 M)
3.
Sultan Mahmud Malik az-Zahir (lk1346-1383 M)
4.
Sultan Zain al- Abidin Malik az-Zahir (1383-1405 M)
5.
Sultanah Narisyah (1405-1412 M)
6.
Abu Zaid Malik az- Zahir (1412-? M)
7.
Mahmud Malik az-Zahir( 1513-1524 M)
(Soejono,R.P&Leirissa,R.Z,2008:23)
Adapun
pendapat lain mengenai raja-raja Pasai, yaitu:
No.
|
Nama Raja
|
Tahun
Pemerintahan
|
1.
|
Sultan Malik
Al-Saleh
|
Sampai tahun
1297 M
|
2.
|
Muhammad Malik
Al-Zahir
|
1297-1326 M
|
3.
|
Mahmud Malik
Al-Zahir
|
1326-1345 M
|
4.
|
Manshur Malik
Al-Zahir
|
1345-1346 M
|
5.
|
Ahmad Malik
Al-Zahir
|
1346-1383 M
|
6.
|
Zain Al-Abidin
Malik AL-Zahir
|
1383-1405 M
|
7.
|
Nahrasiyah
|
1402-? M
|
8.
|
Abu Zaid Malik
Al-Zahir
|
?-1455 M
|
9.
|
Mahmud Malik
Al-Zahir
|
1455-1477 M
|
10.
|
Zain Al-Abidin
|
1477-1500 M
|
11.
|
Abdullah Malik
Al-Zahir
|
1501-1513 M
|
12.
|
Zain Al-Abidin
|
1513-1524 M
|
(Romeo
Iqbal:2012; Anthony Reid,
1998: 48)
Di
kedua pendapat tersebut terdapat kekosongan yang sampai saat ini masih menjadi
tanda Tanya, dan masih belum diketemukan.
Kembali
kepada masa awal, masa awal kerjaan Samudra Pasai ini tergolong tidak begitu
terlihat. Selain itu perkembangan kerajaan ini bersifat perlahan-lahan.
Walaupun begitu mata uang telah dikenal di kerajaan ini, sejak pemerintahan
sultan Malik as-Saleh, yang dinami mata uang Dirham, yang juga dikenal sebagai
mata uang negara Arab saat itu.
Pada
awal abad ke-16 mungkin masa memuncaknya kerajaan Samudra Pasai sebagaimana
diberitakan oleh Tome Pires (1512-1515) tengah mengalami berbagai kemajuan
dibidang politik pemerintahan, di bidang keagamaan, terutama di bidang
pertanian dan perdagangan. (Soejono,R.P&Leirissa,R.Z,2008:23), adapun Pasai
yang selalu menjalin hubungan persahabatan dengan kerajaan lain, seperti Malaka
yang saat itu Malaka menjadi pusat perdagangan Dunia, yang diikuti pula pernikahan
antara raja-raja malaka dengan para putri Pasai (Gade Ismail, M.1997:28).
Kemajuan-kemajuan
tersebut antara lain:
1.
Perdagangan
Yang
merupakan perdagangan internasional, Pasai mempunyai Bandar-bandar yang dapat
menjadi persinggahan para pedagang asing dan mereka juga membayar uang pajak
untuk Pasai
2.
Pelayaran
Sebagai
kerajaan maritime, pastinya Pasai mempunya keunggulan dalam bidang pelayaran
dan nelayan. Maka dari itu masyarakat Pasai, mayoritas ialah nelayan.
3.
Perekonomian
Merupakan
salah satu kemajuan Pasai dalm meraih kejayaannya, dan perekonomian Pasai telah
terbantu dengan adanya perdagangan dan pelayaran, serta pajak dagang yang
dikenakan bagi pedagang,
4.
Hubunagn internasional dan politik
Merupakan
keterkaitan, yakni terjadi pula politik pernikahan, yang dilakukan oleh
sultannya.
Tome
Pires menceritakan tentang hubungan antara Pasai dan Malaka,terutama pada masa
pemerintahan Saquem Darxa yang dapat disamakan dengan nama sultan Iskandar Syah
raja kedua Malaka. (Soejono,R.P&Leirissa,R.Z,2008:23).
Keadaan masyarakat Pasai jelas sekali,
menggantungkan kehidupan lewat pelyaran dan perdagangan. Karena sebagai kerajaan
maritim memungkinkan masyarakat pasai menjadi salah satu pelaku dalam
perdagangan dan pelayaran. Terlebih lagi Samudra Pasai mempunyai Bandar-bandar
yang bisa menjadi tempat singgah untuk ppara pedagang asing. Dan pajak yang
dikenakan oleh pemerintah Samudra Pasai kepada para pedagang sesuai dengan apa
yang dijuanya. Memungkinkan masyarakat mampu untuk bertahan.
Kerajaan Samudra Pasai merupakan
kerajaan pertama yang ada di Indonesia, sebagai kerajaan yang besar pada saat
itu, kerajaan Samudra Pasai berkembang
dalam beberapa bidang, yaitu:
1.
Samudra Pasai sebagai pelopor keagamaan bagi Asia Tenggara khususnya Indonesia
Masuknya
Islam ke Pasai, belum diketahui secara pasti itu kapan, apa lagi bila masuknya
Islam didasarkan pada mulainya terdapat penduduk muslim atau masyarakat muslim
di sana. Namun bila didasarkan kepada lembaga politik, serta terbentuknya
politik bercorakkan Islam, maka dapat dikatakan bahwa Islam masuk pada sekitar
abad ke-13.
Peranan
penting yang dimainkan Pasai dalam persebaran Islam ke seluruh Nusantara dan
bahkan ke kawasan Asia Tenggara dimungkinkan karena hubungan ini berkaitan
dengan kegiatan perdagangan yang di dalamnya juga terdapat kegiatan para
pedagang yang sekaligus bertindak sebagai pendakwah.( Gade Ismail, M.1997:26)
Munculnya
Malaka sebagai pusat perdagangan internasional tidak terlepas dari pengaruh
Pasai sendiri, karena kedua kerajaan ini mengadakan hubungan persahabatan
terlebih lagi setelah raja Paramisora yang menikahi putrid Pasai dan mengganti
namanya menjadi sultan Muhammad Iskandar, sebelumnya Samudra Pasai juga menjadi
jaringan perdagangan internasional. Penyebab Samudra Pasai menjadi salah satu
jaringan perdagangan ialah letaknya yang berdampingan atau dekat dengan pantai.
Dan memungkinkan mudahnya pedagang-pedagang asing untuk singgah.
Hubungan
Samudra Pasai dengan daerah daerah lain di Indonesia seperti pulau Jawa,
Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan, Lombok, dan Sumbawa. Dibuktikan dengan
kesamaan bentuk makam di Pasai dan daerah itu sendiri. Seperti di Jawa makam
Maulana Malik Ibrahim dengan makam sultanah Nahrasyiah. Hal ii membuktikan
adanya persebaran Islam yang ada di Indonesia yang juga dipengaruhi oleh
Samudra Pasai.
Selain
itu pengaruh Pasai dengan Malaka, merupakan bukti persebaran Islam di kawasan
Asia Tenggara. Pengaruh Pasai juga berlangsung atas kedah, meskipun kedah juga
berada dalam kekuasaan Siam, melalui Kedah para Muballigh Islam dari Pasai
menyebarkan agama Islam di wilayah-wilayah Semenanjung Melayu, yang terletak
lebih ke pedalaman sampai ke Trengganu(Gade Ismail,
M.1997:29).
2. Pasai Dalam Jaringan Perdagangan
Internasional
Keterlibatan
Pasai dengan jaringan perdagangan internasional, tidak terlepas dari letak
kerajaan Samudra Pasai yang strategis untuk menjadi salah satu peserta dalam
jaringan perdagangan internasional. Malaka sebagai pusat perdagangan
internasional, sudah dimulai sejak awal abad Masehi. Sejak masa prasejarah
Semenanjung Melayu telah mempunyai kedudukan penting dalam adanya jaringan
perdagangan dengan menjadi jalur lalu lintas perdagangan internasional. Itu
semua tidak terlepas dari letak geografis yang dimiliki oleh Semenanjung
Melayu.
Pelayaran
oramg-orang Arab dan India sudah berlangsung sebelum berkembangnya agama Islam.
Pada tahun 114 pelayaran pelayaran Arab berhasil ke India, meskipun dalam
perjalanan pulangnya mereka dihantam badai besar di pantai Afrika.2( Gade Ismail, M.1997:16)
(2) Setelah terjadi pelayaran di India, maka
terjadilah Islamisasi di India, kemudia India juga mengenalkan Islam ke
Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar